Stres tidak hanya berimbas pada gangguan kesehatan, namun juga memperburuk hubungan dengan orang lain. Baik wanita maupun pria punya cara yang berbeda dalam menghadapi stres di tengah-tengah lingkungan mereka.
Peneliti menemukan sesuatu yang negatif pada pria. Stres cenderung menjadikan mereka egois dan kurang mampu memahami emosi mereka sendiri, apalagi memahami orang lain. Bahkan, mereka mampu bersikap kejam.
Menurut peneliti, seseorang lebih mungkin menerima sumber daya tambah dari orang lain ketika dihadapkan pada situasi yang menuntut. Dukungan dari luar mampu mengatasi stres dengan baik.
Para peneliti dari University of Vienna dan University of Freiburg, memulai studi dengan hipotesis awal bahwa individu cenderung egosentris. Sikap egois tersebut berimbas pada beban emosional dan kognitif, serta mengurangi empati. Peneliti terkejut bahwa pria diketahui lebih egosentris dalam studi ini.
Untuk mengujinya, peneliti menciptakan kondisi stres moderat pada peserta pria dan wanita. Kemudian mereka diminta mengenali emosi diri sendiri dan orang lain, serta diminta mengambil keputusan atas perspektif orang lain. Ini dilakukan untuk menampilkan kognitif.
"Apa yang kami observasi adalah stres memperburuk kinerja pria dalam tiga jenis tugas. Hal sebaliknya berlaku untuk wanita," kata Giorgia Silani, pemimpin penelitian seperti dilansir laman Daily Mail.
Alasannya, wanita lebih mungkin menerima banyak dukungan saat berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian, wanita lebih mampu menerapkan strategi sosial. Sedangkan dari sisi fisiologi, sistem oksitosin dalam perbedaan jenis kelamin bisa berpengaruh. Oksitosin merupakan hormon yang berhubungan dengan perilaku sosial.

Tidak ada komentar :
Posting Komentar